Kategori: Artikel
Riset PLTS Apung: BRIN, SEI, dan Gani Arta Peduli Pemanfaatan Sumber Daya Energi yang Ramah Lingkungan
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya, salah satunya sumber daya energi. Mulai dari minyak bumi, panas bumi, ombak, angin, matahari, dan lainnya. Pemanfaatan sumber daya energi yang maksimal dan ramah lingkungan akan menghasilkan kebermanfaatan bagi masyarakat serta keseimbangan bagi alam. Hal tersebut dapat terwujud ketika masyarakat paham atas pengelolaan berbasis lingkungan dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Demi mewujudkan pemanfaatan sumber daya energi yang maksimal dengan menggunakan teknologi terkini, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), PT Surya Energi Indotama (SEI), dan Gani Arta Dwitunggal sepakat untuk melakukan kerja sama Riset tentang Penerapan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung di Atas Permukaan Air. Penelitian yang dimulai sejak Juli 2022 ini bertempat di Kawasan PUSPIPTEK BRIN Serpong, tepatnya di area sekitar Danau Masjid Bahrul Ulum.
Pada proyek bersama ini, BRIN melalui Organisasi Riset Energi dan Manufaktur berperan sebagai pelaksana teknis penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan penelitian berdasarkan Pasal 10 dan 11 Peraturan BRIN No. 7 Tahun 2022. Adapun SEI dan Gani Arta Dwitunggal menjadi perusahaan yang mensupport kebutuhan komponen penelitian Tim Riset BRIN. Salah satunya, SEI memberikan 16 Panel Modul Surya beserta dengan relnya, dan Gani Arta Dwitunggal memberikan sistem pengapung (floater) untuk peletakkan modul tenaga surya.
Penelitian ini memiliki tujuan besar untuk memanfaatkan energi matahari yang berpotensi besar di Indonesia. Semakin tingginya pembangunan di kawasan darat menjadi pemukiman atau industri, pemanfaatan area perairan dengan sistem PLTS Apung bisa menjadi solusi pemanfaatan energi baru terbarukan. Analisi kinera dari penelitian ini adalah perihal kesetimbangan energi, kajian karkteristik modul fotovoltaik yang mencakup efisiensi, kondisi fisik temperature dan kondisi visual, karakteristik kondisi air yang nantinya akan tertutup modul fotovoltaik, kondisi fisik floater (warna, kekuatan, dan ketahanan), serta temperature ambient.
Harapannya, penelitian ini akan menjadi proyek bersama yang menghasilkan sebuah penemuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat diimplementasikan untuk pemanfaatan sumber daya energi yang maksimal dan ramah lingkungan. Selain itu, segala proses dari penelitian ini dapat menjadi pengalaman bagi seluruh pihak untuk melanjutkan konservasi energi di bidang yang sama di masa mendatang.
Berita Lainnya
7 Bulan Terpasang, Saung Tenaga Surya Taman Tegallega Kian Bermanfaat untuk Masyarakat
Sebanyak 5 unit saung tenaga surya Program CSR PT Len Industri dan PT Surya Energi Indotama (SEI) telah terpasang di Taman Tegallega Bandung sejak Januari 2022 lalu. Diresmikan oleh Wali Kota Bandung, keberadaan Saung Tenaga Surya ini kian memberikan manfaat bagi warga pengunjung Taman Tegallega. Beberapa warga yang biasa berolahraga di Taman Tegallega memanfaatkan saung ini untuk beristirahat usai lelah berlari mengelilingi tugu Bandung Lautan Api. Tak hanya itu, mereka pun bisa mengisi baterai HP dari charging port yang telah disediakan di meja saung.
Berdasarkan penuturan warga, mereka sangat terbantu dengan keberadaan saung tenaga surya ini. “Ya bermanfaat untuk istirahat setelah olahraga atau untuk ngecas HP,” ujar salah seorang warga. Atau juga petugas keamanan yang merasakan manfaat lainnya dari lampu penerangan otomatis yang terpasang di saung dan akan menyala pada saat malam hari. “Sangat terbantu, khususnya ketika sedang jaga piket. Karena kan disini ada beberapa yang lampu penerangan umumnya tidak nyala.”
Melihat antusiasme pengunjung Taman Tegallega dan juga kebermanfaatan Saung Tenaga Surya yang bisa dirasakan langsung oleh warga, PT SEI akan terus melanjutkan Program CSR ini dengan memasang kembali 5 titik saung di Taman Tegallega Bandung. Hal ini dirasa merupakan strategi yang baik untuk memberikan manfaat dan meningkatkan CSV (Corporate Shared Value) dari program yang digulirkan.
Terakhir, mengingat atas apa yang telah disampaikan pada saat peresmian Januari lalu, Saung Tenaga Surya ini adalah wujud inovasi karya anak bangsa, khususnya warga Bandung dalam mengimplementasikan teknologi ramah lingungan dan green energy. Selain itu, Saung Tenaga Surya ini akan mendukung Pemkot Bandung dalam implementasi program “Bandung Caang Baranang” yang dicanangkan.
Berita Lainnya
Pengembangan PLTS Atap di Sektor Rumah Tangga dan Industri Masih Harus Dikembangkan
Pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap saat ini sudah tidak asing lagi di masyarakat tentang kegunaannya yang mampu memberikan penghematan listrik. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menerangkan bahwa potensi PLTS Atap yang masih bisa dikembangkan di Indonesia mencapai 32,5 gigawatt (GW). Sektor rumah tangga mengambil potensi paling banyak yakni sebesar 19,8 GW, lalu diikuti sektor bisnis 5,9 GW, sektor industri 1,9 GW, dan sektor pemerintah sebesar 0,3 GW.
Direktur Aneka Energi terbarukan Kementerian ESDM Andriah Feby Misna mengatakan pemanfaatan atap-atap sebagai penempatan PLTS menjadi solusi untuk pembangunan PLTS yang biasanya memakan lahan cukup luas. Dengan adanya PLTS Atap selama ini Andriah berharap biaya untuk pengadaan lahan PLTS dapat dikurangi, beriringan dengan program pemerintah untuk implementasi PLTS Atap yang ditargetkan mencapai 3,61 GW pada tahun 2025 nanti.
Di sisi lain, pada sektor industri, penggunaan PLTS Atap akan menaikkan daya saing industri di Indonesia. Apalagi Uni Eropa berencana menerapkan mekanisme penyesuaian batas karbon yang akan berdampak terhadap ekspor Indonesia ke Uni Eropa.
Dalam pertemuan terpisah, Direktur INDEF (Institute for Development of Economic and Finance) Beryl Martawadaya mengatakan bahwa untuk hal energi baru terbarukan, pemerintah harus melihat secara komprehensif, salah satunya dalam sudut pandang dampak perekonomian untuk Indonesia.
Per April 2022, pengguna PLTS Atap yang terdaftar di seluruh Indonesia masih mencapai 5.547 pelanggan dengan kapasitas 0,06 GW yang didominasi oleh sektor rumah tangga. Dari lokasinya, Jawa Barat mendominasi sebagai pelanggan PLTS Atap tertinggi, disusul oleh Jakarta, Jawa Tengah, dan Yogyakarta.
Komponen PLTS Atap meliputi modul surya, inverter, sambungan listrik pelanggan, sistem pengaman, dan meter kWh ekspor-impor. Tujuan dan manfaat dari PLTS Atap yakni sebagai solusi penghematan tagihan listrik pelanggan, mendapat pasokan listrik dari energi bersih yakni Energi Baru Terbarukan, dan sekaligus berkontribusi menurunkan efek emisi gas rumah kaca.
Untuk mewujudkan pengembangan PLTS Atap baik di sektor rumah tangga maupun industri, pemerintah harus bersinergi dengan seluruh pihak yang terlibat. Mulai dari pada perusahaan pengembang energi surya, kalangan industri, manufaktur, hingga konsumen. Pemerintah harus menetapkan kebijakan yang mendukung dan menguntungkan seluruh pihak demi mencapai tujuan baik bersama.
Berita Lainnya
Inovasi Pemanfaatan Panel Surya dalam Konsep Pertanian Perkotaan
Bandung, (14/10/2021) Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Bandung meresmikan Pekarangan Pangan Lestari (P2L), Aksi Mitigasi Inflasi Hortikultura (AMIH) dan Bandung Tanam Jilid III yang bertempat di halaman Masjid Riyadhul Jannah, Komplek De Marrakesh, Kecamatan Rancasari, Kota Bandung.
Acara yang dihadiri oleh Wali Kota Bandung tersebut sekaligus menjadi momen peluncuran teknologi terbarukan bernama Solar Farming yang berfungsi sebagai proses penanaman dalam hal ini penyiraman di lokasi Urban Farming.
Teknologi ini didukung penuh oleh PT Surya Energi Indotama dimana panel surya yang digunakan memiliki sistem hybrid dan dikontrol melalui inverter dan baterai output 220Volt. Daya yang dihasilkan dari PLTS tersebut digunakan untuk menggerakkan pompa dan menyalurkan air ke tanaman.
Dalam hal ini, Wali Kota Bandung Oded M. Danial sangat mengapresiasi pemanfaatan teknologi terbarukan ini sebagai pemanfaatan Urban Farming dan berharap ke depannya banyak kalangan lain yang juga mengimplementasikan pemanfaatan teknologi tenaga surya ini sebagai kebutuhan bersama.
Berita Lainnya
Solar Kit Generasi Pertama, Solusi Hemat Biaya Listrik di Rumah
Sebagai perusahaan yang telah lama bergerak di bidang energi terbarukan dan untuk menjawab tantangan kontribusi di sektor energi terbarukan, PT Surya Energi Indotama (SEI) berinovasi dengan meluncurkan produk terbarunya, yaitu Solar Kit Generasi Pertama atau Solar Kit 1st Gen.
Solar kit ini merupakan PLTS On Grid atau terhubung dengan jaringan PLN, dengan sistem kerja yang memanfaatkan energi matahari yang diubah menjadi energi listrik, untuk dapat digunakan pada siang hari.
Direktur Utama PT SEI Bambang Iswanto menjelaskan, perpaduan antara panel surya, mikro inverter, dan rangka hidrolik ini memudahkan konsumen untuk memasang panel surya secara mandiri. Serta menghasilkan energi lebih banyak dengan biaya yang lebih ekonomis.
Panel surya yang digunakan diproduksi oleh PT Len Industri (Persero) yang merupakan induk perusahaan PT SEI. Sementara itu, PT Len Industri merupakan perusahaan BUMN berbasis teknologi yang bergerak di bidang teknologi pertahanan, transportasi kereta api, PLTS energi baru terbarukan, serta TIK dan navigasi.
"Produk ini menjadi solusi alternatif untuk menghemat biaya listrik di rumah. Keunggulan produk ini adalah mudah dipasang, aman dipasang di mana saja, dan juga dapat dipindahkan sesuai kebutuhan," kata Bambang dalam keterangan tertulis, Senin (11/10/2021).
Produk ini juga tahan air dengan Protection Index 65, memiliki rangka yang dapat diatur ketinggiannya agar terhindar dari genangan air, serta memiliki sistem pemantauan energi melalui adaptor pintar yang disediakan.
Lebih lanjut Bambang mengatakan, untuk satu unit produk Solar Kit Generasi Pertama, PT SEI menerapkan harga peluncuran dari Rp6.999.999 hingga Rp5.999.999. Harga periode peluncuran ini berlaku mulai 10 Oktober 2021 hingga 16 Oktober 2021.
"Pembelian produk ini dapat dilakukan melalui marketplace dan website www.lensolar.co.id dengan sistem pre-order," kata Bambang.
Bambang berharap dengan hadirnya produk PLTS yang ringkas dan ekonomis ini dapat menjadi solusi alternatif bagi masyarakat yang ingin mencoba menggunakan dan beralih ke energi yang lebih bersih dimulai dengan kapasitas kecil.
(sumber: liputan6.com)
Berita Lainnya
Lebih Irit, Urban Farming di Bandung Pakai Solar Cell
Bandung – Teknologi listrik tenaga matahari mulai memasyarakat seperti yang terlihat di lahan pertanian urban farming di Rancasari, Kota Bandung. Lebih irit gaess…
(sumber: https://www.deik.com/)
Berita Lainnya
Canggih Euy! Urban Farming di Bandung Pakai Energi Matahari
Bandung – Canggih euy! Kata itu yang menggambarkan proses bercocok tanam di Buaruan Sehat Alami Ekonomis (SAE) P2L Riyadhul Jannah yang berada di Perumahan Demarekesh, Derwati, Kecamatan Rancasari, Kota Bandung.
Tidak membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) banyak di lokasi urban farming ini sudah serba menggunakan teknologi dari mulai menyiram sayur yang dikendalikan menggunakan ponsel dan bisa dilakukan dari jarak jauh, hingga sumber listrik yang digunakan menggunakan solar cell atau dinamai solar farming.
Dengan menggunakan teknologi terbarukan ini, proses bercocok tanam di lokasi urban farming ini lebih efisien dan ramah lingkungan. Selain itu, dapat menghemat persediaan listrik nasional.
Teknolgi solar farming yang diterapkan di lokasi urban farming ini bekerja sama dengan PT Surya Energi Indotama atau anak perusahaan dari PT Len.
“Kita kolaborasi dengan peningkatan teknologi yang bekerja dengan PT Len dan beberapa tenaga ahli dari warga yang memiliki spesifikasi ilmu dan mengaplikasikan dalam pertanian,” kata DKM Masjid Riyadhul Jannah, Aston kepada detikcom, Kamis (14/10/2021).
“Kalau pertanian yang dulu hanya sekedar nyangkul dan semua orang bisa. Tapi bagaimana teknologi bisa diterapkan sehingga kesannya tuh kita sebut smart farming,” tambahnya.
Aston mengungkapkan, hanya melalui genggaman ponsel jaringan listrik yang menggunakan solar cell dan penyiraman sayuran bisa dilakukan, bahkan dilakukan dari jarak jauh asal ponsel kita terhubung ke jaringan internet.
“Smart farming itu adalah pengiriman dengan menggunakan teknologi, kebetulan yang sudah kita terapkan penyiraman dan pemanfaatan sumber daya energi listrik, yang biasanya kita gunakan PLN kini menggunakan pembaharuan yaitu panel surya,” ungkapnya.
Aston menyebut, banyak kelebihan yang didapatkan dengan menggunakan solar cell ini, salah satunya efisiensi energi listrik.
“Kelebihannya efisiensi penggunaan daya, yang selama inikan kita gunakan listrik PLN, kita bisa menghemat tanpa menggunakan daya PLN. Ekonomis dalam penggunaan daya,” sebutnya.
Meski demikian, dengan luasan urban farming yang ada di lokasi masjid ini, menurutnya harus ada 5 solar cell yang terpasang agar bisa memenuhi kebutuhan listriknya.
“Menghasilkan 250 watt, idealnya kapasitas seluruh ini 5 panel, karena ini baru prototype dari sisi penerapan teknologi ini bisa tepat guna kita baru menggunakan dengan skup terbatas, setelah diaplikasi bisa teruji, jika ini berhasil kita akan kerjasama dengan PT Len ditambah dayanya, sekarang satu buat penyiraman saja dalam radius 20 meter, sedangkan kita ada 200 meter kiri kanan,” jelasnya.
Indra Budi Utomo salah satu mentor PT Len untuk lokasi urban farming ini mengatakan, sumber listrik yang digunakan untuk penyiraman secara otomatis ini berasal dari energi matahari.
“Panel surya di sini sistemnya hybrid semua dikontrol melalui inverter listrik tenaga matahari, masuk ke inverter dan dikonsidikan masuk ke bank batre, nah dari bank batre itu ada output 220 volt. Ini digunakan untuk menggerakkan pompa ada dua pompa dari kolam resensi ke toren dan dari toren ke pompa pendorong untuk menyalurkan air,” ujar Indra.
Indra menuturkan, sumber listrik yang dihasilkan dari solar cell ini lebih ekonomis dibandingkan dengan menggunakan listrik PLN.
“Ini lebih ekonomis daripada naik kabel PLN, ini bisa diterapkan di mana saja untuk penggunanya. Ini bisa menjadi percontohan, kita manfaatkan kolam regensi dan menggunakan teknologi green energi ini,” tuturnya.
Indra juga menyebut, tidak perlu khawatir jika cuaca mendung karena ada bank batre maka ada sumber listrik yang tersimpan.
“Kalau enggak panas, contoh seperti ini kita punya safety faktor bank batre sebesar 1,2 KW, di mana pompa sendiri dia kapasitasnya 250 watt, sedangkan untuk penyiraman maksimal satu jam, artinya itu dari batre sendiri visa kuat 2-3 hari untuk jalan satu jam per hari, misalnya hari ini mendung tapi batre terisi hari kemarin ini tidak masalah,” paparnya.
Penerapan teknologi di lokasi urban farming diapresiasi Wali Kota Bandung Oded M Danial.
“Itu yang saya sangat banggakan, karena itu lahir dan terwujud atas ide warga Kota Bandung yang melek teknologi dan dilakukan langsung di wilayah masing-masing,” ujar Oded.
Oded meminta, agar warga Kota Nandung lainnya untuk menerapkan penggunaan teknologi di lokasi urban farmingnya.
“Saya berharap ini bisa direplikasi di wilayah lain, sehingga Bandung bisa menjadi kota, walaupun Bandung merupakan kota metropolitan tapi urusan urban farming nya keren,” pungkasnya.
(sumber: https://www.deik.com/)
Berita Lainnya
Gunakan Panel Surya Milik Len, PT SEI Luncurkan Solar Kit 1st Gen
BANDUNG, GE – Salah satu bauran energi terbarukan, memiliki potensi yang besar adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Selain pemasangan mudah dan biaya investasi lebih rendah, membuat minat masyarakat melakukan pemasangan PLTS ini meningkat dari tahun ke tahun.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, pada tahun 2018, pembangunan PLTS yang dipasang di atap masih berada di angka 1,52 MWp dan mengalami kenaikan signifikan. Hingga Juni 2021 mencapai 35,56 MWp dalam kurun waktu 3 tahun.
Dari total perkembangan pemasangan PLTS, pelanggan rumah tangga memiliki porsi yang paling besar, yaitu 3.300 pelanggan. Karena itu, minat masyarakat untuk beralih ke Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), terus meningkat.
Melihat hal itu, menjadi tantangan bagi PT Surya Energi Indotama (SEI).
Bambang Iswanto, Direktur Utama PT SEI menjelaskan, sebagai perusahaan lama bergerak di bidang energi terbarukan, PT SEI melakukan inovasi dengan meluncurkan produk terbarunya, Solar Kit Generasi Pertama atau Solar Kit 1st Gen.
‘Solar kit ini merupakan PLTS On-Grid atau terhubung dengan jaringan PLN, dengan sistem kerja memanfaatkan energi matahari yang diubah menjadi energi listrik, untuk digunakan pada siang hari,’ paparnya Senin (11/10/2021).
Kombinasi antara panel surya, mikro inverter dan rangka hidrolik memudahkan konsumen menginstal panel surya secara mandiri, menghasilkan lebih banyak energi dengan biaya yang lebih ekonomis.
Panel surya yang digunakan merupakan produksi PT Len Industri (Persero), induk perusahaan dari PT SEI.
‘Produk ini menjadi solusi alternatif untuk menghemat biaya listrik di rumah. Keunggulan dari produk ini yaitu pemasangannya yang mudah, aman dipasang di manapun dan juga dapat dipindahkan sesuai kebutuhan,” imbuhnya.
Per 1 unit produk Solar Kit Generasi Pertama, dibandrol dari Rp 6.999.999 menjadi Rp 5.999.999. *
(sumber: https://www.geliatekonomi.com/)
Berita Lainnya
Kominfo Gandeng 3 Perusahaan Bangun BTS Tenaga Surya di Papua Barat
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggandeng Konsorsium Lintas Arta-Huawei-SEI membangun Base Tranceiver Station (BTS) 4G pada daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar (3T) di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Langkah itu sebagai upaya pembangunan dan percepatan transformasi digital untuk menciptakan pemerataan akses komunikasi di seluruh Indonesia.
“Dengan adanya BTS 4G tentunya diharapkan akan mendorong akselerasi pembangunan di daerah-daerah tersebut. Masyarakat dapat memanfaatkan sebaik-baiknya akses informasi dalam perikehidupan yang lebih terbuka dan lebih baik sehingga akan meningkatkan kesejahteraan,” kata Direktur Utama PT Surya Energi Indotama (SEI), Bambang Iswanto, melalui keterangan tertulisnya, Minggu (10/10).
PT SEI adalah anak perusahaan PT Len Industri (Persero) yang khusus bergerak dalam bisnis pengembangan PLTS. Sedangkan Len Industri adalah perusahaan berbasis teknologi yang bergerak di bidang teknologi pertahanan, transportasi kereta, energy baru terbarukan, ICT dan navigasi.
PT SEI ikut andil dalam pembangunan semua BTS yang ada di Papua dan Papua Barat. Selain itu, PT SEI juga berperan sebagai Penyedia Jasa Tower dan Power (TOPO) untuk lokasi-lokasi yang sudah ditentukan.
Dalam kurun waktu di tahun 2021-2022, PT SEI Bersama Konsorsium Lintas Arta dan Huawei mendapat tugas untuk merealisasikan 1.795 Tower BTS 4G. Ditargetkan 954 lokasi pembangunan tower hingga akhir tahun 2021. Sementara untuk tahun 2022, 841 lokasi titik desa ditargetkan selesai.
Sebagai perusahaan yang bergerak dibidang Energi Terbarukan, PT SEI juga membangun PLTS bersistem Off Grid dengan kapasitas 4.5 kWp hingga 4.95 kWp pada masing-masing site untuk mendukung Supply Power terhadap perangkat-perangkat pendukung telekomunikasi. PLTS ini juga sebagai solusi untuk daerah-daerah yang belum terjangkau oleh PLN.
“Peran PLTS disini sangat vital mengingat akses listrik di daerah blankspot tersebut sangat sulit. Disini juga PLTS berperan sebagai salah satu sumber Energi Baru Terbarukan menjadikan BTS 4G yang dibangun ramah lingkungan dan juga efisien,” ujar Bambang.“Desain PLTS yang dibangun untuk BTS 4G ini juga untuk memastikan pasokan energi listrik perangkat dapat dilakukan secara terus menerus sehingga pelayanan komunikasi dapat terus dilakukan penuh selama 24 jam sehari,” tambahnya.Terkait pengelolaan dan maintenance dari site-site BTS 4G itu akan dikelola oleh Network Operation Center (NOC) yang ada di PT SEI. Site-site tersebut akan dimonitor performance dan availabilitynya selama 7×24 Jam. Apabila terjadi problem di site maka dari monitor NOC akan memberitahukan kepada konsorsium terkait untuk segera melakukan perbaikan di lapangan.
549 BTS Tersebar di 7 Kabupaten Papua Barat
Khusus untuk wilayah Papua Barat hingga saat ini pembangunan BTS 4G telah dilaksanakan dengan total 545 site VSAT yang tersebar di 7 Kabupaten antara lain Maybarat, Raja Ampat, Sorong, Sorong Selatan, Tambrauw, Teluk Bintuni, dan Teluk Wondama.“Dalam hal ini SEI merupakan perusahaan yang memiliki pengalaman yang luas dalam mengatasi kendala sumber energi dan konstruksi di daerah 3T, bersama dengan anggota Konsorsium lainnya (Lintas Arta dan Huawei) tentunya menjadikan kami konsorsium yang solid dalam mengemban tugas yang diberikan oleh negara melalui BAKTI Kominfo,” terangnya.Sebagai langkah uji coba perangkat 4G secara langsung turut juga hadir Direktur Infrastruktur BAKTI Bambang Noegroho dan perwakilan Lintas Arta Alfi Asman, CEO Huawei Indonesia Jacky Chen, dan Direktur Teknik & Operasional PT SEI Fajar M. Falah yang mengikuti Video Conference di salah satu lokasi BTS 4G di Desa Iseren Kabupaten Teluk Wondama .
Pada peresmian BTS 4G di Wilayah Provinsi Papua dan Papua Barat yang dilakukan secara virtual melalui Video Coference ini dihadiri juga oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate, didampingi Direktur Utama BAKTI Kominfo Anang Latief, Gubernur Papua Barat, Bupati Teluk Wondama, Bupati Tambrauw, serta para pimpinan Konsorsium Lintas Arta – Huawei Technologies – PT SEI.(sumber: www. kumparan.com)
Berita Lainnya
Kunjungan Komisi VII DPR RI, Kemenperin dan KESDM ke PT. Len Industri (Persero)
Bandung (09/09/2021) – Komisi VII DPR RI melakukan kunjungan kerja spesifik ke PT. Len Industri (Persero) yang juga dihadiri oleh Dirjen ILMATE Kementerian Perindustrian dan Dirjen EBTKE Kementerian ESDM. Dalam hal ini PT. Surya Energi Indonesia sebagai anak perusahaan PT. Len Industri (Persero) yang bergerak dalam bidang Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) juga turut hadir mendampingi.
Kunjungan ini diisi dengan paparan dan diskusi terkait pengembangan industri manufaktur solar cell serta peninjauan on site pabrikasi modul surya buatan PT. Len Industri (Persero).
Salah satu bentuk dukungan Komisi VII DPR RI dalam bidang energi terbarukan yakni dengan adanya anggota Dyah Roro Esti yang telah menggunakan PLTS atap dari produk LenSOLAR milik PT. Surya Energi Indotama.
Hingga akhir tahun 2020, kapasitas nasional PLTS terpasang masih kurang dari 200MWp. Dari jumlah tersebut PT. Len Industri bersama PT. Surya Energi Indotama (SEI) telah berkontribusi memasang sistem tenaga surya sebesar 42,6MWp atau sekitar 24% dari total terpasang.