(022) 42830750 [email protected]
Media Sosial :
Dukung Pemberdayaan SDM Berkualitas, PT SEI dan UKRI Tanda Tangani MoU Kerjasama

Dukung Pemberdayaan SDM Berkualitas, PT SEI dan UKRI Tanda Tangani MoU Kerjasama

Bandung, (12/1/202) Telah dilaksanakan penandatanganan Memorandum Of Understanding (MOU) antara PT Surya Energi Indotama (SEI) dengan Universitas Kebangsaan Republik Indonesia (UKRI) Bandung. Penandatanganan ini berkaitan dengan pengembangan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

MoU ini ditandatangani oleh Bambang Iswanto selaku Direktur Utama PT SEI dan Marwoto selaku Wakil Rektor 1 Universitas Kebangsaan Republik Indonesia. Acara yang dilakukan di Kantor PT SEI ini juga turut dihadiri oleh seluruh jajaran Direksi PT SEI, Rindoko Dahono selaku Wakil Rektor 4 UKRI yang juga menjabat sebagai Komisaris Independen PT Len Industri (Persero), Amat Rahmat selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Jentot sebagai Kepala Pembelajaran Jarak Jauh, dan rombongan lainnya.

Penandatanganan MOU ini sangat disambut baik oleh kedua belah pihak. Ke depannya, diharapkan dapat terjalin kerjasama yang saling menguntungkan bagi kedua pihak, khususnya dalam hal pemberdayaan. Marwoto selaku Wakil Rektor UKRI di Bidang Akademik menuturkan bahwa UKRI akan menyiapkan langkah strategis untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan konkrit dari kerjasama ini. “Kami juga nanti akan berupaya untuk ke depan membuat program-program dari prodi dan rekan-rekan sudah menyiapkan gambaran apa yang bisa kita lakukan baik itu dalam bentuk riset untuk mengembangkan kebutuhan prodi masing-masing maupun PT SEI ini sendiri”.

Kerjasama di bidang pengembangan ini pun menjadi kesempatan bagi PT SEI agar lebih menjangkau kalangan akademisi yang dapat menunjang pelaksanaan proyek dan perkantoran di ruang lingkup PT SEI. Lama daripada nota kesepahaman ini adalah selama 2 tahun dan dapat diperpanjang sesuai kesepakatan kedua pihak.

“Kegiatan kita ini memang bersifat dibidang akademis dan pengembangan, begitu. Kami sangat fleksibel. Nanti apapun yang diharapkan PT SEI, kita-kita akan menyiapkan. Temen-temen ini akan mengoptimalisasi kemampuannya”, ujar Rindoko.

Penandatanganan Nota Kesepahaman Antara PT Surya Energi Indotama dan PT Haleyora Power Tentang Pemasaran dan Pemasangan PLTS Atap LenSOLAR

Penandatanganan Nota Kesepahaman Antara PT Surya Energi Indotama dan PT Haleyora Power Tentang Pemasaran dan Pemasangan PLTS Atap LenSOLAR

BANDUNG, (01/12/2021). Telah dilakukan Penandatanganan Perjanjian Nota Kesepahaman (MoU) antara PT Surya Energi Indotama (SEI) dan PT Haleyora Power. Penandatanganan Perjanjian Nota Kesepahaman (MoU) ini berkaitan dengan PT Haleyora Power sebagai mitra pemasaran dan instalasi PLTS Atap LenSOLAR yang dimiliki oleh PT Surya Energi Indotama.

Acara ini digelar di Ruang Mandalawangi, Gedung A, PT Len Industri (Persero) sejak pukul 10.00 WIB. Turut hadir Bapak Bambang Iswanto selaku Direktur Utama PT SEI, Ibu Sinung Tri Wulandari selaku Direktur Operasi PT Haleyora Power, Bapak Ardian selaku EVP Niaga dan Pemasaran PT Haleyora Power, serta seluruh jajaran yang terlibat dari kedua perusahaan.

Kerjasama ini dilandasi oleh komitmen PT Haleyora Power dalam mewujudkan misi Lead in Global Electricity Network Service Solution (GENSS) with CARE (Customer Focused, Innovative, Reliable) dimana point Innovative yaitu mendorong pertumbuhan berkelanjutan melalui model bisnis inovatif berbasis teknologi dan enviromental friendly. Adapun dengan terlaksananya perjanjian ini, nantinya PT Haleyora Power dapat menjadi mitra dalam memberikan penawaran terkait pemasangan, pengoperasian dan pemeliharaan PLTS Atap LenSOLAR dengan penerapan teknologi terkini dan dengan mutu standar terjamin yang diterapkan oleh PT Surya Energi Indotama.

Dalam sambutan yang disampaikan, Bambang Iswanto selaku Direktur Utama PT SEI menyatakan bahwa dengan kerjasama ini, kedua perusahaan dapat memanfaatkan keunggulan  masing-masing perusahaan untuk saling melengkapi.

Melalui kerjasama ini pula,  diharapkan dapat memberi kemudahan bagi masyarakat Indonesia untuk dapat memanfaatkan energi baru terbarukan yang lebih ramah lingkungan.

Penandatanganan Perjanjian Kerjasama Dengan PT Angkasa Pura II

Penandatanganan Perjanjian Kerjasama Dengan PT Angkasa Pura II

Tangerang, 26/11/2021.  Telah dilakukan penandatanganan perjanjian kerjasama antara PT Angkasa Pura II  dengan KSO PT Pertamina Power Indonesia (PPI) dan PT Surya Energi Indotama (SEI). Penandatanganan ini berkaitan dengan Pekerjaan Jasa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Tahap I di Lingkungan Bandar Udara PT Angkasa Pura II (Persero).

Dalam acara Penandatangan Perjanjian Pekerjaan Jasa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang dilakukan di area perkantoran Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta ini, turut hadir Agus Wialdi selaku Director of Engineering PT Angkasa Pura II , Norman Ginting selaku Direktur Proyek dan Operasi PT Pertamina Power Indonesia, Arief Hardoko selaku VP Business Development & Renewable Energy yang juga sebagai Representative Konsorsium PT PPI, serta Eric Agustian selaku General Manager Engineering PT SEI.

Kerjasama ini dilandasi oleh komitmen PT Angkasa Pura II untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi fossil dan meningkatkan bauran energi guna mendukung pembangunan berkelanjutan. Adapun pembangunan PLTS ini nantinya akan dilokasikan di tiga bandar udara PT Angkasa Pura II, yakni Bandar Udara Soekarno Hatta, Bandar Udara Kualanamu Medan, dan Bandar Udara Banyuwangi dengan total kapasitas PLTS sebesar 1.837 kWp bersistem On-Grid dan terintegrasi dengan sistem eksisting. Pelaksanaan proyek ini rencananya akan dimulai pada 1 Desember 2021 dengan waktu pengerjaan selama 150 hari.

Kerjasama ini diharapkan dapat menumbuhkan semangat pembangunan di Indonesia yang lebih ramah lingkungan dengan memanfaatkan energi baru terbarukan yang terus dikembangkan.

Another one, SEI won the International Award

Another one, SEI won the International Award

PT. Surya Energi Indotama bersama Proinso menerima penghargaan pada kategori “Community Solar Installation” pada solar power portal award 2018 di birmingham, inggris. PT SEI mendapatkan penghargaan ini berkat pembangunan jaringan listrik ke lebih dari 900 rumah dan fasilitas umum di sumba timur, nusa tenggara timur.

Jokowi Resmikan PLTS Terbesar Di Kupang

Jokowi Resmikan PLTS Terbesar Di Kupang

Pada hari minggu (27/12/2015) di Kupang Tengah, Nusa Tenggara Timur tepatnya di Desa Oelpuah, Presiden Joko Widodo meresmikan Independent Power Producer Pembangkit Listrik Tenaga Surya(IPP PLTS) 5MWP yang dibangun oleh PT LEN Industri (Persero) yang bertindak sebagai IPP.

PLTS 5MWp ini merupakan PLTS terbesar yang pernah di bangun di Indonesia. PT Surya Energi Indotama yang berperan sebagai EPC untuk proyek PLTS tersebut ikut merasa bangga karena proyek dapat dikerjakan lebih cepat dari yang diperkirakan. Pembangunannya dimulai pada Januari 2015 dan ditargetkan selesai pada Juni 2016.

“Ini yang pertama bisa dikerjakan dalam sembilan bulan. Bauran energi, kombinasi seperti ini ramah lingkungan,” ujar Jokowi dikutip dari Tim Komunikasi Presiden, Minggu (27/12/2015).

Sistem PLTS yang digunakan adalah sistem Grid-Connected dimana pembangkit tenaga surya bekerja secara paralel dan terhubung langsung dengan jaringan listrik utama. Karena itu, PLTS ini tidak menggunakan sistem baterai karena listrik yang dihasilkan langsung dialirkan ke jaringan listrik eksisting pada siang hari. Sistem ini terdiri dari rangkaian panel modul surya, sistem inverter, sistem proteksi elektrik, dan perangkat interkoneksi jaringan.

Sistem PLTS Grid-Connected ini sudah dibangun di dua lokasi di Bali (Bangli dan Karangasem) dengan total daya masing-masing sebesar 1 MWP.

Sumber : nasional.kompas.com dan berbagai sumber

Kerjasama Strategis SEI – Solarens Ledindo

Kerjasama Strategis SEI – Solarens Ledindo

PT Surya Energi Indotama (SEI), salah satu perusahaan yg tergabung dalam Len Incorporated menandatangani Kesepakatan Bersana Pengembangan Produk dan Pemasaran Integrated PV – Lithium Street Light dengan PT Solarens  Ledindo.

Penandatangan dilaksanakan oleh Bambang Iswanto selaku Dirut PT Surya Energi Indotama dan Irvin E. Busser selaku Dirut PT Solarens Ledindo pada hari Senin tanggal 8 Mei 2017 di Bandung. Kerjasama tersebut, diharapkan dapat meningkatkan penjualan Modul Surya produksi Len, dengan dukungan LED Solarens yang juga sangat berpengalaman dalam bisnis PJU (Penerangan Jalan Umum) Tenaga Surya.

Sebagaimana diketahui, EPC dan penjualan Modul Surya Len adalah bisnis utama PT Surya Energi Indotama, sementara bisnis utama PT Solarens Ledindo adalah manufacture lampu LED. Dalam jangka panjang kerjasama tersebut akan diarahkan untuk mengembangkan usaha Penerangan Jalan Umum dengan pola investasi dengan produk unggulan Smart Street lighting System. (**)

SEI Terapkan PLTS Sumba Timur dengan Efisiensi Lahan

SEI Terapkan PLTS Sumba Timur dengan Efisiensi Lahan

PT Surya Energi Indotama (SEI), salah satu anak perusahaan PT Len Industri, telah menyelesaikan proyek pengembangan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Listrik) dengan total 492kWp di Sumba Timur. PLTS akan melistriki 909 rumah di area-area terpencil di lintasan sepanjang 48 Km menggunakan tiang-tiang yang dapat membangkitkan listrik menggunakan panel surya yang dipasang di atasnya. Dengan desain ini maka tidak lagi diperlukan lahan yang luas seperti halnya pada PLTS konvensional.

Terdapat 11 sistem yang dibangun di lima desa, yaitu Tawui, Lailunggi, Praimadita, Tandula Jangga, dan Praiwitu. Program bantuan ini menjadi penting karena di daerah-daerah terpencil yang tidak terjangkau PLN, penggunaan PLTS akan mengatasi masalah ketersediaan listrik dengan biaya yang relatif terjangkau bagi masyarakat pedalaman dibandingkan menggunakan BBM.

Pembangunan sistem oleh PT Surya Energi Indotama dilakukan pada bulan September 2017 sampai dengan Maret 2018. Dalam periode itu, konstruksi dilakukan dari awal sampai dengan PLTS dapat berfungsi dan dapat mengalirkan listrik ke rumah-rumah warga setempat.

Pada tanggal 11 April 2018, peresmian diselenggarakan di Desa Tawui yang dibuka oleh Jonathan Nash, Deputi Wakil Presiden Millenium Challenge Corporation (MCC). Hadir juga Direktur Keuangan Len sekaligus Komisaris Utama PT SEI, Priadi Ekatama Sahari, Direktur Utama PT SEI, Bambang Iswanto serta Direktur Teknik dan Operasional PT SEI, Tri Bakti. Sambutan juga disampaikan oleh Wakil Bupati Sumba Timur, Umbu Lili Pekuwali, serta Kepala  Kepala Dinas ESDM Provinsi NTT, Boni Marasin.

Dalam implementasi PLTS ini, kepemilikan dan peran serta masyarakat dalam mengelolanya sangatlah penting. Oleh karena itu selama masa konstruksi, masyarakat melalui BUMDes sudah dilibatkan dalam konstruksi dan instalasi, serta diberikan pelatihan-pelatihan untuk pengoperasian dan pemeliharaan PLTS ini nantinya. Selain itu, masyarakat juga menjadi pemilik saham mayoritas (51%) fasilitas.

PT Surya Energi Indotama melibatkan masyarakat setempat di setiap tahapan yang diharapkan dapat menjadi pengelolaan jangka panjang yang paling sesuai. Selama proyek berlangsung, pelatihan dan mentoring di bidang manajemen dan kewirahusahaan juga diberikan bagi lebih dari 250 perempuan dan laki-laki di desa-desa terkait. Pelatihan dimaksudkan untuk meningkatkan tingkat ekonomi masyarakat sehingga mereka bisa membayar pemakaian listrik dan dana tersebut dapat dikelola sebagai biaya operasional pemeliharaan PLTS untuk jangka panjang.

Harga Listrik EBT, Kementerian ESDM Kaji Permen 19/2016

Harga Listrik EBT, Kementerian ESDM Kaji Permen 19/2016

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kembali mengkaji peraturan menteri yang mencantumkan fomula harga jual listrik dari pembangkit berbasis sinar Matahari.

Direktur Aneka Energi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Maritje Hutapea mengatakan pihaknya tengah fokus mengkaji ulang Permen ESDM No 19 Tahun 2016 tentang Pembelian Listrik dari Pembangkit Tenaga Surya Fotovoltaik oleh PLN. Adapun review ini sesuai dengan arahan Menteri ESDM Ignasius Jonan.

Sebelumnya Jonan mengatakan pihaknya bakal memformulasikan harga listrik PLTS yang lebih kompetitif. “Sesuai arahan Pak Menteri kami akan review kembali secepatnya,” kata Maritje pada Acara Renewable Energy for Indonesia (RE4I) 2016 Conference di Jakarta, Rabu (7 Desember 2016).

Adapun menurut Maritje guna mendapatkan harga listrik PLTS yang lebih kompetitif dan murah harus memperhatikan beberapa hal. Hal tersebur di antaranya kemudahan pembebasan lahan, kapasitas yang ekonomis, insentif fiskal berupa penurunan pajak serta keringanan bunga pinjaman, serta insentif nonfiskal berupa kemudahan perizinan.

Dalam Permen No 19/2016, pemerintah mengubah skema pengembangan PLTS yang akan dikembangkanoleh produsen listrik swasta (Independent Power Producer/IPP) dengan mekanisme pertama masuk,pertama keluar (first in first out/FIFO).

Untuk tahap awal, akan ditawarkan PLTS dengan total kapasitas 250 MW dengan lokasi tersebar di seluruh Indonesia. Dalam permen tarif yang ditawarkan bervariasi tergantung dari tempat PLTS tersebut. Disebutkan olehnya tarif paling murah adalah sebesar US$14,5 sen untuk PLTS yang berlokasi di Pulau Jawa. Sementara itu, tarif US$25 sen untuk di Indonesia Timur.

Dengan tingginya tarif yang ditawarkan, pemerintah akan melakukan seleksi ketat bagi pengembang yang ingin ikut serta. Seluruh peserta harus mengajukan data yang akurat dan mempunyai kemampuan finansial serta teknis. Pihaknya juga memberikan kesempatan bagi peminat untuk melakukan studi kelayakan di lokasi-lokasi yang telah ditentukan.

Di sisi lain, Jonan mengatakan agar tarif yang ditawarkan dapat bersaing dengan energi fosil. Dia mencontohkan seperti Uni Emirat Arab (UAE) yang pengembangan EBT-nya dapat melampaui pemanfaatan energi fosil lantaran kebijakan pemerintahnya dapat membuat EBT bersaing dengan batubara, gas maupun minyak bumi. Adapun di UAE harga listrik dari PLTS dipatok US$2,9 sen/kWh. “Jika Indonesia dalam posisi western europe yang punya 20 tahun untuk eksploitasi gasnya maka policy EBT akan beda, tapi disini kan tidak begitu,” kata Jonan.

Sumber : bisnis.tempo.com

Matahari Sebagai Energi Masa Depan yang Ramah Lingkungan

Matahari Sebagai Energi Masa Depan yang Ramah Lingkungan

Pemanfaatan energi matahari sebagai sumber energi alternatif untuk mengatasi krisis energi, khususnya minyak bumi, yang terjadi sejak tahun 1970-an mendapat perhatian yang cukup besar dari banyak negara di dunia. Di samping jumlahnya yang tidak terbatas, pemanfaatannya juga tidak menimbulkan polusi yang dapat merusak lingkungan. Cahaya atau sinar matahari dapat dikonversi menjadi listrik dengan menggunakan teknologi sel surya atau fotovoltaik.

Potensi energi surya di Indonesia sangat besar yakni sekitar 4.8 KWh/m2 atau setara dengan 112.000 GWp, namun yang sudah dimanfaatkan baru sekitar 10 MWp. Saat ini pemerintah telah mengeluarkan roadmap pemanfaatan energi surya yang menargetkan kapasitas PLTS terpasang hingga tahun 2025 adalah sebesar 0.87 GW atau sekitar 50 MWp/tahun. Jumlah ini merupakan gambaran potensi pasar yang cukup besar dalam pengembangan energi surya di masa datang.

Saat ini pengembangan PLTS di Indonesia telah mempunyai basis yang cukup kuat dari aspek kebijakan. Namun pada tahap implementasi, potensi yang ada belum dimanfaatkan secara optimal.

Secara teknologi, industri photovoltaic (PV) di Indonesia baru mampu melakukan pada tahap hilir, yaitu memproduksi modul surya dan mengintegrasikannya menjadi PLTS, sementara sel suryanya masih impor. Padahal sel surya adalah komponen utama dan yang paling mahal dalam sistem PLTS. Harga yang masih tinggi menjadi isu penting dalam perkembangan industri sel surya. Berbagai teknologi pembuatan sel surya terus diteliti dan dikembangkan dalam rangka upaya penurunan harga produksi sel surya agar mampu bersaing dengan sumber energi lain.

Mengingat ratio elektrifikasi di Indonesia baru mencapai 55-60 % dan hampir seluruh daerah yang belum dialiri listrik adalah daerah pedesaan yang jauh dari pusat pembangkit listrik, maka PLTS yang dapat dibangun hampir di semua lokasi merupakan alternatif sangat tepat untuk dikembangkan.

Dalam kurun waktu tahun 2005-2025, pemerintah telah merencanakan menyediakan 1 juta Solar Home System berkapasitas 50 Wp untuk masyarakat berpendapatan rendah serta 346,5 MWp PLTS hibrid untuk daerah terpencil. Hingga tahun 2025 pemerintah merencanakan akan ada sekitar 0,87 GW kapasitas PLTS terpasang.

Dengan asumsi penguasaan pasar hingga 50%, pasar energi surya di Indonesia sudah cukup besar untuk menyerap keluaran dari suatu pabrik sel surya berkapasitas hingga 25 MWp per tahun. Hal ini tentu merupakan peluang besar bagi industri lokal untuk mengembangkan bisnisnya ke pabrikasi sel surya.

(sumber: http://www.litbang.esdm.go.id)

[:ID]

Pemanfaatan energi matahari sebagai sumber energi alternatif untuk mengatasi krisis energi, khususnya minyak bumi, yang terjadi sejak tahun 1970-an mendapat perhatian yang cukup besar dari banyak negara di dunia. Di samping jumlahnya yang tidak terbatas, pemanfaatannya juga tidak menimbulkan polusi yang dapat merusak lingkungan. Cahaya atau sinar matahari dapat dikonversi menjadi listrik dengan menggunakan teknologi sel surya atau fotovoltaik.

Potensi energi surya di Indonesia sangat besar yakni sekitar 4.8 KWh/m2 atau setara dengan 112.000 GWp, namun yang sudah dimanfaatkan baru sekitar 10 MWp. Saat ini pemerintah telah mengeluarkan roadmap pemanfaatan energi surya yang menargetkan kapasitas PLTS terpasang hingga tahun 2025 adalah sebesar 0.87 GW atau sekitar 50 MWp/tahun. Jumlah ini merupakan gambaran potensi pasar yang cukup besar dalam pengembangan energi surya di masa datang.

Saat ini pengembangan PLTS di Indonesia telah mempunyai basis yang cukup kuat dari aspek kebijakan. Namun pada tahap implementasi, potensi yang ada belum dimanfaatkan secara optimal.

Secara teknologi, industri photovoltaic (PV) di Indonesia baru mampu melakukan pada tahap hilir, yaitu memproduksi modul surya dan mengintegrasikannya menjadi PLTS, sementara sel suryanya masih impor. Padahal sel surya adalah komponen utama dan yang paling mahal dalam sistem PLTS. Harga yang masih tinggi menjadi isu penting dalam perkembangan industri sel surya. Berbagai teknologi pembuatan sel surya terus diteliti dan dikembangkan dalam rangka upaya penurunan harga produksi sel surya agar mampu bersaing dengan sumber energi lain.

Mengingat ratio elektrifikasi di Indonesia baru mencapai 55-60 % dan hampir seluruh daerah yang belum dialiri listrik adalah daerah pedesaan yang jauh dari pusat pembangkit listrik, maka PLTS yang dapat dibangun hampir di semua lokasi merupakan alternatif sangat tepat untuk dikembangkan.

Dalam kurun waktu tahun 2005-2025, pemerintah telah merencanakan menyediakan 1 juta Solar Home System berkapasitas 50 Wp untuk masyarakat berpendapatan rendah serta 346,5 MWp PLTS hibrid untuk daerah terpencil. Hingga tahun 2025 pemerintah merencanakan akan ada sekitar 0,87 GW kapasitas PLTS terpasang.

Dengan asumsi penguasaan pasar hingga 50%, pasar energi surya di Indonesia sudah cukup besar untuk menyerap keluaran dari suatu pabrik sel surya berkapasitas hingga 25 MWp per tahun. Hal ini tentu merupakan peluang besar bagi industri lokal untuk mengembangkan bisnisnya ke pabrikasi sel surya.

(sumber: http://www.litbang.esdm.go.id)

[:]

PT Surya Energi Indotama Kontak Kami:
Surya Energi Indotama

PT Surya Energi Indotama

PT Surya Energi Indotama (SEI) berdiri pada tanggal 6 Desember 2007 dan diambil alih sebagai anak perusahaan dari PT Len Industri (Persero) pada 14 Januari 2009.